Author : Shin_Jeon a.k.a Nur Alvianti Dewi
Genre : Romance, school life, etc
Cast : Kim Yerim
(Red Velvet)
Jeon Jungkook (BTS)
Kim Taeyeon (SNSD)
Kwon Jiyong (Big Bang)
Other cast (Kalian bisa nemuin sendiri)
Note : Semua cast
di sini milik Tuhan, gue cuma pinjem namanya. FF ini asli murni dari otak gue,
jika ada kesamaan tokoh atau alur gue minta maaf. Hargai kerja keras gue nulis
FF ini, minimal Comment, butuh krisarnya CHINGUDEUL ^^
Namaku Kim Yerim. Aku bersekolah di universitas ChungAng,
jurusan musik dan teater. Aku termasuk gadis pintar *eaa, sombong*. Aku punya
banyak teman, dan punya seorang musuh. Entah kenapa aku mempunyai seorang
musuh. Bukan musuh tapi lebih mendekati dengan teman yang sangat menyebalkan.
Dia Jeon Jungkook. Seorang namja yang tampan, menurut para gadis di kampus
(kecuali aku). Mempunyai banyak fansgirl, yang sering mengirimkan surat padanya
secara diam-diam. Aku sering melihat mereka mengirimkannya di loker Jungkook
saat istirahat ataupun pulang sekolah. Bahkan mereka memintaku untuk
menyampaikannya pada Jungkook langsung. Dan apa tanggapan Jungkook saat
menerima surat itu? Ia bilang, ‘sebenaranya aku tidak ingin jadi populer atau
apapun. Aku hanya ingin hidup damai tanpa mengalami teror-teror yang datang
setiap hari. Bahkan aku disuruh untuk membaca semua surat yang telah mereka
kirim. Apa itu penyiksaan?’. Yah, kupikir Jungkook benar saat ini. Belakangan
ini, Jungkook sering murung di kelas, bukan murung, lebih tepatnya mengantuk.
Mungkin dia terlalu sering membaca surat-surat para fansgirlnya.
“Kim
Yerim!”
“Oh
God!” aku tersentak. Refleks aku menoleh ke belakang. Yya, Jungkook berdiri
sambil tersenyum kemenangan.
“Yya!
Jeon Jungkook! Tidak bisakah kau tidak menggangguku satu hari saja?” gerutuku,
lalu mulai bangkit meninggalkan Jungkook.
Baru
satu langkah berjalan, Jungkook menarik ikat rambutku, dan membawanya pergi.
Aku mulai geram dengan perlakuannya. Aku mengejar Jungkook dengan sekuat
tenaga, tapi aku tidak bisa melampaui kecepatan lari Jungkook.
Aku
berdiri sambil memegang kedua lututku. “Jeon Jungkook! Kembalikan ikat
rambutku!”
“Ayo,
kejar aku jika kau bisa! Aku akan memberikan ikat rambut ini, jika kau
melampauiku! Arra?” balas Jungkook.
Anak
itu benar-benar. Dia membuat moodku jengkel seketika. Aku berniat kembali
mengejarnya, apa daya, kakiku tidak bisa diajak kompromi. Aku jatuh terduduk
lemas. Ugh, sedangkan Jungkook sudah menghilang di balik koridor.
“Ikat
rambutku...” gumamku.
“Sudahlah,
biarkan saja Jungkook, jangan paksakan dirimu.”
Aku
melihat sebuah tangan (?) terulur. Aku mendongak. Oh God! Tebak siapa yang
menolongku? Dia seorang namja yang cool, tampan dan berkarisma. Oh, dia namja
yang ku kagumi sejak dulu. Dia adalah Kwon Jiyong, seniorku yang juga punya
banyak fansgirl. Dia bersama Jungkook menjadi pria tertampan versi Universitas
ChungAng.
“J-jiyong
sunbaenim,” ucapku gugup. Oh, sekarang pipiku memerah karena dia tersenyum
padaku.
“Mau ku
bantu?” tawar Jiyong padaku. Kini dia berlutut di hadapanku. Kau bisa membayangkannya
sendiri. Ini sangat romatis.
Tanpa
babibu aku menggenggam tangan kekar Jiyong *ealah modus*. Dia membantuku
berdiri. Kemudian ia melepaskan genggamannya.
“Siapa
namamu?” tanya Jiyong.
Dia
menanyakan namaku? Kwon Jiyong menanyakan namaku? Apa ini mimpi? Ini mimpi yang
terlalu indah untuk gadis sepertiku.
“Ehm...
Kim Yerim,” balasku menatap ke bawah, tidak berani menatap Jiyong langsung. Aku
hanya tidak ingin pipiku kembali memerah karena melihat matanya.
“Yerim,
menurutku kau tidak usah mengambil ikat rambut itu. Kau sangat cantik jika
rambutmu terurai *eww gombal*,” ucap Jiyong yang membuat pipiku merona.
“Jinjjayo?
Kamshahamnida,” balasku kikuk. Aku mendongak, ternyata Jiyong menatapku dalam.
Ah, tatapannya membuatku merinding. Aku tersenyum padanya untuk pertama kali.
Aku tidak pernah merasa sedekat ini dengan orang yang ku kagumi. Tangan Jiyong
terangkat untuk menggapai puncak kepalaku. Aku menelan ludah. Omo! Dia, dia,
apa yang akan dia lakukan?
“Kim
Yerim!”
Sontak
aku menoleh ke sumber suara, dan Jiyong menurunkan kembali tangannya. Aku
memicingkan mataku. Aku menangkap seorang namja berjalan ke arahku dan Jiyong
sambil setengah berlari.
“Eoh,
Jungkook?” gumamku.
Jungkook
membungkuk ke arah Jiyong sambil menyapanya. “Annyeong Jiyong sunbaenim,
bolehkah aku membawa Yeri ke kelas? Kelas kami ada rapat.”
“Tapi,
bukan-, eoh, appo,” jeritku saat Jungkook menginjak kaki kiriku.
Jungkook
buru-buru menggeretku menjauh dari Jiyong. Karena kesal aku menarik kasar
tangan Jungkook.
“Yya!
Jungkook! Kau kenapa? Hampir saja Jiyong sunbaenim mau memegang kepalaku! Kau
ini benar-benar! Moodku kacau gara-gara kau! Kembalikan ikat rambutku!” ocehku
pada Jungkook.
Alih-alih
menjawab ocehanku, Jungkook malah mencekal tangan kiriku. Lalu mendorongku
hingga terhimpit oleh dinding. Tangan kanannya bertumpu pada tembok. Aku
membulatkan mataku atas perlakuan Jungkook padaku. Jungkook menatapku tulus,
sangat tulus. Aku mulai gugup sekarang.
“Jungkook-ya,”
lirihku takut akan sikap Jungkook saat ini.
Dia
hanya diam saja. Alih-alih menjawab, dia malah mendekatkan wajahnya pada
wajahku. Wajahnya semakin mendekat, sehingga aku merasakan hembusan nafasnya
yang membuatku merinding.
KKEUT~
TO BE CONTINUE